Menggugah Semangat Petani Muda: Pelatihan Pertanian di Kampung Cibalay, Upaya Serius Menyelamatkan Masa Depan Pertanian.

Bogor, IdHeadline.com – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan urbanisasi yang menggerus ketertarikan generasi muda pada sektor agraria, sebuah gerakan sunyi tapi kuat tengah tumbuh dari sudut barat Kabupaten Bogor. Pada Minggu, 19 Maret 2023, sebanyak 20 remaja berusia 17–20 tahun berkumpul di Saung Taman Baca Kampung Cibalay, Desa Tapos 1, Kecamatan Tenjolaya. Mereka tidak datang untuk sekadar membaca buku, melainkan untuk menanam harapan—secara harfiah dan simbolis.

Kegiatan ini adalah pelatihan pertanian alternatif yang difokuskan pada metode bertani tanpa lahan, seperti sistem hidroponik dan media tanam non-konvensional lainnya. Sebuah pendekatan yang sejalan dengan tantangan zaman, ketika lahan semakin menyempit dan minat bertani terus menurun di kalangan milenial.

Taruna Tani: Mimpi atau Misi Nyata?

Martin, salah satu educator dalam pelatihan ini, menekankan bahwa kegiatan ini bukanlah program satu kali. "Targetnya adalah membentuk komunitas Taruna Tani—kelompok petani muda yang bukan hanya bisa menanam, tapi juga berpikir strategis dan berdaya secara ekonomi," ujarnya.

Namun, dari investigasi tim IdHeadline di lapangan, terlihat bahwa meski semangat pelatihan ini tinggi, tantangan ke depannya tidak kecil. Minimnya akses pada peralatan hidroponik yang memadai, keterbatasan dukungan dari institusi pertanian formal, dan keterputusan antara pengetahuan lokal dengan teknologi modern masih menjadi hambatan yang nyata.

Beberapa peserta mengungkapkan bahwa mereka baru pertama kali memegang peralatan hidroponik. “Sebelumnya saya kira bertani itu harus punya sawah atau kebun. Ternyata enggak juga,” kata Deni (18), salah satu peserta.

Forum Milenial Indonesia: Menggarap Lahan Mental Anak Muda

Muhamad Janwar, Ketua Umum Forum Milenial Indonesia, hadir langsung dan menyampaikan urgensi keterlibatan generasi muda dalam pertanian. “Ini bukan sekadar pelatihan. Ini bentuk perlawanan terhadap tren negatif yang menjauhkan anak muda dari tanahnya sendiri,” tegas pria yang akrab disapa Bung Cawang itu.

Ia menekankan bahwa Kampung Cibalay adalah laboratorium sosial, tempat anak muda bisa melihat langsung bahwa pertanian bukan masa lalu, tapi masa depan—asal dikelola dengan ilmu dan teknologi.

“Wilayah Bogor Barat itu tanahnya subur, sejarahnya agraris. Tapi kalau tidak dikembalikan ke tangan anak mudanya, kita tinggal menghitung waktu sampai potensi itu benar-benar hilang,” tambahnya.

Sinergi Lintas Sektor Masih Minim

Meski pelatihan ini bekerja sama dengan sejumlah penyuluh pertanian, pihak panitia mengakui bahwa dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga pendidikan masih belum maksimal. Salah satu panitia menyebut bahwa proposal kerja sama yang diajukan ke Dinas Pertanian masih belum mendapatkan respon yang memadai.

“Ini gerakan dari akar rumput. Tapi kami tidak bisa terus sendiri. Kalau negara serius ingin regenerasi petani, harus turun langsung ke lapangan, bukan hanya seminar di hotel,” kata seorang relawan yang enggan disebutkan namanya.

Meskipun pelatihan di Kampung Cibalay baru tahap awal, geliat ini menunjukkan bahwa asa pertanian di tangan milenial belum sepenuhnya padam. Yang dibutuhkan kini bukan hanya pelatihan teknis, tapi juga dukungan sistemik—mulai dari kebijakan, permodalan, hingga akses pasar.

Jika tidak, maka pelatihan seperti ini hanya akan menjadi catatan romantis yang cepat dilupakan.

Reporter: Herry Setiawan
Editor: Redaksi IdHeadline.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama